Menonton Harry Potter and the Cursed Child
Nah, karena buku scriptnya baru keluar minggu ini dimana-mana, saya ingin sekali diskusi soal Harry Potter dan Anak yang Terkutuk, atau dikutuk? kurang yakin. Saya nonton pentas ini beberapa minggu lalu, kalau mengikuti akun instagram saya pasti kalian liat beberapa foto.
Apologies for my English reader, if you want to read it in English, do let me know I can certainly write them, but there are already plenty reviews and discussions around in English on Harry Potter and the Cursed Child.
Kalau sudah lama mengikuti blog ini, mungkin sudah tahu kalau saya penggemar berat Harry Potter, supaya lebih jelas, lebih ke buku ketimbang dari filmnya. Walau kurang suka filmnya, kalau gak salah sih saya cuman pernah nonton 3 film Harry Potter, tapi tetap pergi ke Harry Potter Warner Brother studio di Watford. Saya pun sudah membaca seri Harry Potter berulang-ulang kali sehingga sampai lupa sudah berapa kali, jadi ketika dengar sekitar akhir tahun 2014 bahwa akan ada pentas teater Harry Potter, saya sangat excited.
Beli Ticket
Setelah mendengar kabar bahwa pentas ini benar-benar akan terjadi dan teater sudah ditentukan, saya langsung daftar newsletter mereka, sehingga langsung bisa tahu begitu penjualan tiket dibuka. Dan benar saja, begitu di umumkan saya dapat surel mengenai tepatnya jam berapa dan bagaimana tiket bisa dibeli.
Karena menurut pengalaman saya beli tiket konser – konser penyanyi terkenal itu biasanya kompetitif sekali, menggunakan sistem antrian online, dengan tak jarang sistem bookingannya hang, atau pembayaran tidak diterima, sehingga kita harus kembali ke permulaan dan masuk ke belakang antrian lagi; maka kali ini saya bersiap-siap.
Sebelum saatnya tiba, pertama, saya pilih hari nonton pentas yang bukan weekend, tengah minggu. Kedua, saya lihat situasi tempat duduk teater dan tahu kira-kira nomor dan row yang saya inginkan. Ketiga, tentunya karena pentas ini tidak seperti pentas biasa, dalam arti ada 2 pementasan, untuk satu cerita, pembeli bisa pilih nonton pentas 1 dan 2 dalam berbeda hari atau tidak, saya sudah siap dengan kemungkinan2 yang berbeda. Keempat, siap-siap beberapa kartu credit card/debit, sehingga jika yang satu gagal, ada cadangan. Hahahaha
28 October 2016, jam 11.00, tepat waktunya langsung saya klik link yang saya dapat dari newsletter. Saya jatuh dalam urutan ke 243, “wah” saya pikir “astaga padahal langsung dalam sekia milidetik sudah dipencet, sang website mencatat saya dalam 11.01, apalagi kalau nanti, ini pasti akan tunggu sangat lama”. Lalu sang website yang kuasa bilang waktu tunggu 15 menit. Sementara itu, saya sms2an dengan teman saya, pada yang klik annya tercatat pada 11.02, hampir saat yang sama dapat urutan ke 1800an. Ini membuat saya deg-degan, takut, bahkan gak bisa refresh, soalnya takut hilang antriannya.
Ternyata semua strategi dan ketahanan saya untuk tidak mengutak-atik link, berhasil, saya booking langsung dapat, benar-benar sempurna.YES!
Habis saya booking tiket saya diterima, di sosmed banyak orang-orang yang masih tengah membooking, nomor antrian mereka gila2an, sampai ribuan, saya sampai berfikir ” ternyata 243, tuh gak ada apa2nya.” Pada akhir hari itu, tiket sudah habis, dan online sudah ada calo2 jual tiket yang saya beli £100 untuk 2 pementasan, di calo-calo online itu harga jualnya £1000/tiket. GILA.
Cerita Nonton
Fast forward October 2015 ke Juli 2016. Benar-benar excited sekali, saya ambil cuti satu hari dari kantor, karena pementasan pertama jam 2 siang, tapi sudah harus ngantri jam dari jam 1 untuk 2 jam, pementasan kedua mulai jam 6.30 malam. Karena saya orangnya tidak cukup sabar, saya pilih untuk nonton Preview. Artinya preview adalah, dalam dunia teater di UK, untuk pentas-pentas teater itu selalu ada masa percobaan scriptnya. Dimana sang penulis, produser dan kru melihat kelancaran script, tehnik-tehnik dan lain sebagainya yang mereka sudah latihan berbulan-bulan, dan bagaimana reaksi penonton. Semacam pilot atau User testing, semua sebelum para kritik diundang untuk melihat pementasan. Katanya pementasan Harry Potter ini adalah salah satu yang bisa berdiam di masa Preview yang lumayan lama, because they can.
Kalau dipikir ini Harry Potter, waktu saya masuk ke dalam teater, ternyata merchandisenya sangat terbatas, mungkin ini ala JK rowling aslinya yah? Bukan ala Warner Brothers. Jadi saya hanya beli programme booknya.
Tempat duduk saya ternyata satu balcony diatas panggung, dan hanya dua barisan dari depan, sehingga sangat OK pemandangannya. Sebelum pementasan dimulai, ada seseorang masuk dan duduk didepan saya memakai topi, terus saya perhatikan ternyata Jack Thorne, penulis pementasan ini. Wah…. rasanya gimana gitu. Dia duduk bersama-sama dengan tim produksinya tepat didepan saya, semua membawa buku catatan dan pulpen siap menulis perbaikan pentas.
Kalau menurut saya secara luas ceritanya adalah perkawinan antara jalan cerita buku-buku Harry Potter dan Film Back to the Future. Cerita dimulai saat buku Harry Potter and the Deathly Hallows berakhir, di Platform 9 3/4, Harry dan anaknya Albus yang baru akan pergi ke Hogwarts. Lalu berlanjut dengan pergumulan dan petualangan Albus, yang tidak jauh berbeda dengan petualangan Harry sendiri di buku-bukunya, tapi saat ini menggunakan mesin pemutar waktu, time turner, sehingga mirip dengan Back to the Future.
Karena saya percaya akan kekuatan dan keindahan Harry Potter and the Cursed Child terletak dalam pengalaman menonton pementasannya, saya tidak akan banyak membagi isi ceritanya. Karena alasan yang sama, saya tidak membeli buku scriptnya, menurut saya karya ini bukan bacaan tapi tontonan. Selain itu saat selesai menonton kami diberi badge dari tim produksi dengan #keepthesecret, dan saya tahu banyak fan fanatik yang tidak suka cerita ini disebar luaskan lewat spoiler.
Tapi kalau untuk saya sangat penting untuk semua orang untuk mengerti atau bersiap-siap diri kalau 1. Pencinta berat HP films 2. tidak pernah nonton teater. Karena sepertinya kalau termasuk no.1 harus bersiap ini bukan film, pastinya kalau para pencita JK Rowling dan HP sudah tahu pemeran Hermione is not exactly Emma Watson, misalnya. Malah menurut saya sang pemain Hermione di pentas ini, aktris, Noma Dumezweni yang lebih baik dari Emma Watson (wah tolong jangan dibunuh yah, saya penggemar mba Emma kok), apalagi pemain Harry Potter, Paul Thornley, jauh lebih baik sebagai aktor dibanding dengan Daniel Radcliffe (saya sampai lupa namanya, sampai harus google). Tentunya mereka adalah aktor dan aktris veteran, dibanding Daniel atau Emma yang ketika mereka berperan mereka sangat muda dan sebenarnya dilatih berbarengan dengan film Harry Potter. Jadi mungkin perbandingan sebenarnya tidak adil.
Kalau termasuk golongan no.2, mungkin berharap akan adanya special effects seperti dibayangan dikepala atau di film, maka akan kecewa. Teater kan lebih banyak keterbatasannya, apalagi teater ini panggungnya lumayan kecil jika dibandingkan teater-teater lainnya. Tapi kalau sudah pernah nonton teater, saya yakin akan terkagum dengan teknik-teknik sederhana dan kecil tapi menciptakan efek-efek luar biasa di pentas ini. Ingat di teater itu tidak ada ” CUT, lets do that again” atau ” we can edit or add the special effects later with high spec computer systems” semuanya LIVE.
Cerita dan efek Harry Potter and The Curse child yang pasti untuk saya sangatlah menarik dan membuat saya kagum, in a whole I love it. Tapi karena kalau tidak salah pementasan yang saya tonton itu adalah salah satu yang pertama, masih dibawah 10 pementasan, masih ada beberapa glitch atau saat-saat yang tersendat, juga saat aktor dan aktris lupa salah mengucapkan line mereka. Ini kata teman saya wajar kalau masih preview, dan kemungkinan masih dirubah oleh sutradara dan penulisnya.
Ada juga beberapa hal yang tidak sinkron dengan buku, yang mungkin hanya bisa diketahui oleh penggemar berat Harry Potter, dan mungkin juga masih akan dirubah oleh sutradara dan penulisnya untuk setelah preview.
Seperti:Expelliarmus, siapa sih yang tidak tahu mantra ini? Ini kan mantra untuk menghentakan dan melepaskan lawan dari apa pun yang dia pegang, biasanya dipakai saat duel untuk melepaskan tongkat sihir dari tangan lawan. Nah, dalam pentas ini saat Albus belajar Expelliarmus, tongkat itu pindah tangan ke penyebut Expelliarmus, bukannya tongkat itu lepas dan terhentakan dari tangan lawan. Jadi geeky, maaf.
Intinya karena saya hanya nonton preview, saya jadi ingin nonton pentas yang perfectnya, tapi, tiket sudah habis sampai pertengahan tahun depan (2017). Hiks.
Apakah kalian sudah juga menonton pentas ini? Atau baca buku scriptnya? Bagaimana? bisa berbagi cerita kah?
Waah Andine, I envy you! Persiapannya banyak banget ya, untungnya akhirnya berhasil dapet tiket. Kalo liat persaingannya emang gila-gilaan buat beli tiket teater ini. Setelah baca post ini jadi makin penasaran pengen nonton, apalagi dengan aktor2nya yang brilliant. Dan sejujurnya aku lebih excited dengan play ini daripada pas film2 HP dulu keluar, walaupun teater ga bisa terlalu heboh special effectnya dengan segala keterbatasannya, tapi itu yang aku suka tentang teater. Aku belum baca bukunya, pengennya sih nonton teaternya dulu baru baca scriptnya 😀
Persiapan sih gak banyak cuman harus bener2 tahu what you wanted before booking. 🙂 Iya, dan tentunya sbenernya ini teater gak begitu commercial kayak film atau dibanding dengan musikal kayak lion king etc. Semoga sih ditouring yah? Atau maybe a good reason for you to come back and visit UK.
adukh, baca blogpost-mu selalu bikin ngiri, hahaha! pengen banget bisa nonton live, tapi paling2 cuma bisa berharap bakalan keluar rekamannya dlm bentuk dvd/blu-ray….
duluuuuuu sekali waktu masih tinggal di Jkt aku juga cinta mati sama buku2 HP. pindah ke sini ngga bawa satupun bukunya, trus cuma beli yg terakhir (kebetulan pas keluar yg terakhir pas udh di sini). berhubung ngga punya duit buat beli lagi buku2nya dari awal (yg ditinggal di Jkt udh entah ke mana), akhirnya harus puas dgn nonton film2nya aja–yg ini mampu beli dari awal sampe tamat. 😀 ngga jelek2 amat sih kalo ngga dibandingin dgn bukunya, pas nonton mesti lupain semua yg pernah dibaca, hahaha. tapi memang ngga ada yg bisa ngalahin cerita asli bukunya dgn khayalan tokoh2nya di imajinasi sendiri deh.
sekarang lagi ngantri buku HP and the Cursed Child ini dari perpus. lagi2 tentunya ngga akan sama pengalamannya dgn nonton play-nya, tapi selama imajinasi masih bisa digunakan yaaaah it’s the next best thing. 😉
(maaf ya ini kok jadi panjang, maklum deh sesama fans berat HP, huhuhu!)
Katanya banyak banget yang kecewa baca buku scriptnya. Pada komplain, tapi dalam sejarah semua musikal dan teatre produksi modern paling terkenal pun tidak pernah ada yang jual buku script selaku ini. Karena memang kalau bukan orang teatre itu, script tuh akan susah dimengerti. Ampir kayak baca Shakespeare play unabridged dan scriptnya aja. Runtutan percakapan jadinya kurang konteks.
iya, kupikir juga begitu. makanya cuma berani minjem dari perpus aja dulu sebelum memutuskan untuk beli/ngga bukunya, hahaha. 😀 untungnya juga sih kurasa aku ngga awam2 amat dlm hal baca naskah play/teater. we’ll see how it goes!
Sebenernya sisi FAN maniacku pengen ‘memiliki’ juga. Jadi kalau bilang di blog, kan seperti janji gak beli yah? Hahahaha! Well when you got to the book let me know yah what you think! Xx
pssst… i’ve finished reading the script book! my review: https://www.goodreads.com/review/show/1766856036
pas lagi tengah2 baca, aku udah lupa banget sama pengalaman nontonmu. trus tau2 ngerasa, kenapa jadi keinget Back to the Future ya? (karena aku fans banget sama film trilogi itu juga, ahahah!) abis selesai baca dan nulis review, aku baca post-mu ini lagi… dan ternyataaaa kamu juga keinget Back to the Future! 😀
Halo mba. Beruntung bisa menonton ya. Belum baca dan tdk mungkin nonton (kecuali akan rilis cdnya). Tapi garis besar cerita sudah baca di wikia HP. Pasti menarik membayangkan semua itu dipentaskan.
you’re the best kak! “saya tahu banyak fan fanatik yang tidak suka cerita ini disebar luaskan lewat spoiler.” Aku bukan fanatik, tapi kesel aja sama yg suka spoiler huh. Termasuk kakak sy sendiri suka spoiler, sampe aku omel2in. hahahh ><
Ah terima kasih. Semoga cukup ringkas dan jelas tanpa menspoiler. Sudah baca bukunya kah?